Bahan Kain Jarik Batik Klasik Legenda Pakaian Jawa

Kain jarik – Masyarakat Jawa dimasa lalu, baik pria maupun wanita, selalu mengenakan kain jarik sebagai busana sehari-hari. Hari ini pun, disebagian pedesaan dipulau Jawa masih banyak dijumpai perempuan yang memakai kain jarik.

Kain jarik dipakai sebagai bawahan bagi laki-laki dengan cara dibebet (dililitkan). Tentu saja caranya berbeda dalam melilitkan kain jarik untuk dipakai acara resmi dengan acara santai dirumah. Untuk acara resmi memang dililitkan sampai bawah, sedangkan untuk acara santai hanya diikatkan dipinggang sebagai pelengkap celana panjang/pendek.

Untuk wanita, kain jarik biasanya digunakan untuk bawahan kebaya yang dipakai dalam acara resmi seperti pesta pernikahan dan memperingati hari-hari besar. Di masa lalu, kain jarik dipakai kaum wanita untuk penutup aurat, bagian dada kebawah, ketika mandi disungai. Selain untuk mandi, dimasa lalu, kain jarik juga dipakai sehari-hari dengan cara dililitkan dipinggang kemudian agar tidak lepas, kaum wanita memakai stagen yang digunakan sebagai pengikat kain jarik agar tidak jatuh.

Kain jarik juga identik dengan kaum bangsawan keraton Jawa (keraton Solo dan Jogja). Tentu saja kain jarik yang dipakai kaum bangsawan, dimasa lalu, berbeda dengan yang dipakai rakyat biasa. Kain jarik untuk keraton biasanya sudah memiliki nama-nama tertentu yang syarat dengan makna. Dan cara pembuatannya pun konon dengan “lelaku” yang sakral seperti puasa dan lain-lain.

Diera modern ini, kain jarik tidak hanya dipakai secara sederhana, hanya dengan dililitkan, akan tetapi kain jarik sudah banyak yang dijahit untuk dijadikan baju batik klasik eksklusif pria dan wanita. Baju-baju batik dari kain jarik ini sangat beragam dan sesuai dengan perkembangan jaman.

Berikut kegunaan dan nilai yang terkandung dari motif kain jarik batik Solo dalam pernikahan adat Jawa

1. Motif Slobog
Solo memiliki motif batik klasik yang beragam yang tiap motifnya memiliki filosofi tertentu. Salah satu motif batiknya yaitu Slobog. Nama ‘Slobog’ itu sendiri memiliki arti longgar atau besar. Motif kain ini memang cenderung agak besar, dan biasa digunakan saat melayat. Filosofi yang terkandung dari motif ini adalah agar arwah yang meninggal dapat tenang dan diterima di sisi Tuhan.
Selain itu batik Slobog juga dipakai saat upacara pelantikan pejabat. Pesan yang terkandung dalam batik slobog untuk pejabat pemerintah yang dilantik adalah doa agar senantiasa dalam petunjuk Tuhan YME dan diberikan kelancaran dalam mengembang semua kewajiban serta tugas yang diemban.

2. Motif Sidomukti
Berbagai motif batik klasik solo dipakai untuk acara-acara tertentu seprerti haknya batik motif Sidomukti ini yang dipakai oleh pengantin. Motif ini diambil dari dua kata yaitu ‘Sido’ yang berarti terus menerus, tidak terputus, dan berlanjut dan ‘Mukti’ yang berarti cukup. Maksud dari penamaan Sidomukti ini memiliki hubungan dengan penggunaan kain batik ini.

Kain batik Sidomukti yang dikenakan oleh pengantin menyimbolkan sebuah harapan yang mulia akan terciptanya hubungan suami istri yang langgeng dan selalu berkecukupan. Kehidupan rumah tangga yang tetap berlanjut walaupun banyak masalah yang mendatanginya. Namun, batik Sidomukti juga boleh dikenakan oleh siapapun. Motifnya yang elegan membuat kain ini disukai banyak orang.

3. Motif Truntum
Apabila batik klasik Sidomukti dipakai oleh kedua mempelai, maka batik motif Truntum ini dipakai oleh kedua orang tua mempelai. Nama ‘Truntum’ merujuk pada kata ‘tuntun’ dalam bahasa Jawa yang memiliki arti ‘menuntun’. Karena dipakai oleh kedua orang tua, kain batik motif Truntum pun membawa harapan mulia yang ditujukkan kepada mereka berdua.

Harapan tersebut adalah agar kedua orang tua mempelai bisa saling menerima satu sama lain, dan juga menganggap anak menantu seperti halnya anak kandungnya sendiri. Selain itu, diharapkan bahwa para orang tua bisa menjadi penuntun agar rumah tangga anaknya berjalan lancar dan berkah, dan pemberi nasihat untuk segala masalah yang dikeluhkan.

4. Motif Satrio Manah
Batik memang busana yang digunakan dalam berbagai acara penting sejak dahulu. Oleh sebab itu, batik memiliki motif yang beragam karena disesuaikan dengan masing-masing acara yang dihadiri. Selain itu, motif tersebut juga melambangkan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan acara tertentu. Salah satunya adalah batik motif Satrio Manah yang digunakan saat lamaran.

Motif Satrio Manah ini dipakai oleh orang yang ditunjuk sebagai wali pengantin pria pada saat melamar calon pengantin wanita. Tujuan dari penggunaan motif Satrio Manah ini adalah agar proses lamaran berjalan lancar, dan lamaran dapat diterima dengan baik oleh keluarga pihak wanita. Tidak hanya wali, motif ini juga boleh dipakai oleh anggota keluarga lain.

6. Motif Parang Kusumo
Saat prosesi lamaran berlangsung, tidak hanya wali pihak wanita dan wali pihak pria yang mengenakkan batik dengan motif tertentu. Calon pengantin wanita juga mengenakkan batik yang bermotif Parang Kusumo. Walaupun tidak diharuskan, namun ada baiknya wanita mengenakkan kain batik dengan motif ini saat tukar cincin. Kain batik bisa dijadikan gamis atau pun rok.

Dilihat dari kata yang membentuknya, motif batik klasik ini mengandung nilai filosofi yang mulia. Kata ‘Kusumo’ memiliki arti bunga yang sedang dalam keadaan mekar. Bunga yang mekar tentu terlihat sangat cantik dan matang. Hal itu melambangkan wanita yang sudah siap lahir batin saat menerima lamaran. Selain itu, bunga yang mekar juga melambangkan kebahagiaan.